Pada waktu terjadi peperangan antara
Mbah Kuwu Cirebon dengan Ratu Rajagakuh,
pasukan Mbah Kuwu Cirebon dibagi dua kelompok. Kelompok pertama membentang ke jurusan selatan dengan maksud untuk mencegat datangnya musuh
dari Rajagaluh, dan kelompok kedua ke jurusan barat untuk membuat benteng pertahanan/penghalang
datangnya musuh lewat Bobos. Pendukuhan
bekas pembentangan tersebut dinamakan Puntang.
Di negeri seberang, Sultan Bagdad mempunyai
empat orang anak yaitu Syarif Durakhman, Syarif Durkhim, Syarif
Kaffi, dan Nyi Syarif bagdad. Mereka mempunyai alat
kesenian berupa gembyung (terbang)
namun ayahnya melarang membunyikannya, bahkan apabila dibunyikan ayahnya terus
menerus memarahi mereka. Oleh karena t idak tahan dimarahi ayahnya, bersama
pengikutnya keempatnya melarikan diri
menuju daerah Cirebon. Pengikutnya itu terdiri dari laki- laki dan
perempuan sekitar 1.200 orang
ditrmpatkan di puntang.
Di antara pengikutnya tedapat dua orang yang
sangat dikenal, yaitu Tuan Keli
pesuruh dari bagdad, dan pangeran Ardi Kersa yang ditugaskan oleh Mbah Kuwu Cirebon
sebagai penasihat Syarif Kaffi (Sayid Alwi) di patuanan. Dalam memjalankan tugasnya Pangeran
Ardi ditemani oleh dua orang
sepupuh Patuanan yaitu Ki
Bakila dan Ki Rakila.
Setelah Syarif Kaffi wafat,
ia dimakamkan di Patuanan. Oleh
karena dianggap meninggalkan karomah, sekarang terbukti adanya pasarean.
Kampung Kramat
sebelum penggabungan desa berada di Desa
Dukumalang. Pada masa
pemerientahan Hindia Belanda sekitar 1912, Bupati Cirebon memutuskan untuk mengbagungkan
Desa Puntang dan Desa Dukumalang
diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan masing-masing diberikan
pension berupa sawah seluas ½ bau atau 0,175 ha.
Hasil penggabungan antara DEsa Puntang
dengan Desa Dukumalang dinamakan Desa Dukupuntang. “Duku” diambil dari nama depan dukumalang dan “puntang”
dari Desa Puntang.
Hasil pemilihan kuwu pertama terpilih Kuwu Sabda yang
menjabat hingga akhir tahun 1947.
Pada tahun 1966 musyawarah took mesyarakat
memutuskan untuk mengganti nama
Desa Dukupuntang dengan Desa Kramat, dengan alasan nama Kramat lebih terkenal dibandingkan nama Dukupuntang. Namun
karena terbentur pembiayaan, usulan penggantian nama t idak sempat
diajukan kepada Mentri Dalam Negeri.
Nama-nama Kuwu/Kepala Desa Dukupuntang
di antaranya : 1. Kuwu Sabda : 1917 - 1947
2. Kuwu Madi : 1948 - 1963
3.
Kuwu Hudori : 1963 - 1966
4.
Kuwu Abdullah Iroqie
TM : 1966 - 1982
5.
Kuwu Madsari (Pjs)
: 1982 - 1984
6.
Kuwu Abdullah Iroqie
TM : 1984 - 1986
7.
Kuwu H. Masrurin : 1986 - 1994
8.
Kuwu Samhari
(Pjs) : 1994 - 1995
9.
Kuwu Masrurin
: 1995 – 2003
santri kempek bae